Sabtu, 26 Juli 2014

Al-Qur'an dan Kehidupan

29 Ramadhan 1435 H

Banyak cerita yang mengisahkan tentang orang-orang yang mulia karena Al-Qur’an.  Bukan hanya pada yang terjadi pada masa para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melainkan terjadi pula pada saat ini. Kita familiar dengan acara-acara televisi yang menyajikan tentang kompetisi menghafal Al-Qur’an yang baru-baru ini sangat memukau kita dengan tampilnya hafidz-hafidz cilik di tanah air.  Salah satunya adalah bocah berusia 5,5 tahun bernama Musa. Beliau mampu membuat ratusan bahkan ribuan orang menangis ketika menyaksikan hafalan Qur’annya yang mumtaz. Masya Allah.

Dalam artikel ini saya tidak membahas Al-Qur’an dari segi turunnya, namun ada hal yang perlu menjadi perhatian kita agar muncul suatu kesadaran tentang pentingnya Al-Qur’an dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari kita. Misalnya tentang Musa sang hafidz cilik dan mungkin “Musa-Musa” lainnya. Dalam buku “Kaifa TUhabbibal Qur’anal Kariim ilaa Nufuusi Abna’ik” karangan Dr.Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini disebutkan bahwa merupakan tanggung jawab orang tua untuk menyuguhkan  agama dalam kemasan teladan yang baik. Orang tua perlu memastikan bahwa kesadaran beragama telah tumbuh dan berkembang di dalam jiwa putra-putrinya.

Agar Al-Qur’an menjadi petunjuk dalam kehidupan kita tentu saja ‘tidak bisa tidak’ bahwa kita harus berinteraksi dengannya. Kita yang saat ini bergelut dalam aktivitas-aktivitas dakwah dimanapun ranahnya harus memahami ini untuk memulainya dalam lingkup terkecil dalam kehidupan ini yaitu keluarga karena sebab tujuan di atas tadi yaitu tumbuhnya kesadaran beragama. Mengapa ? mari kita lihat contoh fenomena yang ada di masyarakat kita apabila kesadaran beragama itu belum tumbuh dalam jiwa seseorang. Sebuah kisah:

“…dulu anakku rajin ibadah, santun, serta disiplin dalam menjaga sholat dan perilakunya. Tapi tak dinyana dia berubah. Dia menjadi tidak mau mengerjakan sholat, enggan berpuasa, jarang berada di rumah dan tidak mau mengindahkan apa yang kami nasihatkan padanya. Malah, terkadang ia berani bersuara lantang dan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan.”

“…Pak doctor, sudah banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang saya hafal, kedua orang tuaku sangat gigih mendidik diriku, dan saya pun selalu bergaul dengan kawan-kawan yang baik. Namun, mengapa saya tidak mempu melawan godaan penyimpangan seksual. Kenapa setiap kali aku telah bertaubat, kembali menunaikan sholat, menjaga dan menyibukkan diriku dengan segala aktivitas kebaikan, aku masih mengulangi lagi perbuatan tercela itu? Apa gerangan penyebab dan bagaimana solusinya?...”

“…Putriku seorang gadis yang penyantun, berjilbab dan selalu melaksanakan apa yang kami perintahkan. Belum pernah kami melihatnya melakukan suatu perbuatan tercela atau mendengarnya mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Namun kami terperanjat ketika ia berani bercakap-cakap akrab dengan seorang pemuda melalui telepon ! kenapa bisa seperti itu ? dan apa yang bisa saya lakukan?...”

“…suatu hari saya melihat remaja yang membuat diriku begitu terkesan, sampai-sampai saya menyesali tahun-tahun yang telah lewat, dimana saya tidak rajin pergi ke masjid saat seumur dengan remaja itu. Sungguh saya teramat bahagia ketika menyaksikannya dengan penampilan sopan, menawan, dan bersih. Namun saying, kekaguman seperti hanya berlangsung beberapa menit saja. Penyebabnya adalah ketika sepasang mataku melihat sendiri seorang remaja berusia 11 tahun itu pergi ke masjid. Terpancar tanda-tanda keimanan dalam cara jalannya yang tenang, pakaiannya yang sederhana, dan penampilannya yang selaras dengan ajaran sunnah, di saat berbagai bentuk rayuan dan godaan berhasil meninabobokkan pemuda-pemuda yang lebih dewasa, baik dalam hal yang mubah, makruh, maupun yang haram. Kemudian ia memasuki masjid dan bersiap-siap menunaikan sholat. Ternyata ia berdiri tepat di sampingku. Tentu, semakin lengkap kebahagiaanku. Manakala imam telah takbir, remaja tersebut mulai menggerak-gerakkan kedua kakinya merapatkan jarak agar tidak ada celah tersisa. Ia melakukannya dengan berlebihan,” sungguh ia bergitu bersemangat menegakkan sunnah”batinku dalam hati. Selanjutnya ia mulai membernahi penampilannya. Setiap kali menggerakkan tangannya, ia menyenggol tanganku dan membuyarkan kekhusyukanku. Aku bergumam dalam hati, “ia ingin berada dalam penampilan yang paling baik di hadapan Allah.” Tapi ia selalu melakukan itu di setiap gerakan sholat untuk membetulkan letak baju dan penampilannya. Sampai-sampai aku merasa tidak suka berada di sampingnya. Ia baru tenang ketika kami duduk tasyahud akhir. Di saat itupun dia meletakkan tangannya di mulut, menggigit-gigit dan memotong kukunya di tengah-tengah sholat. Setelah kami selesai sholat dan salam, ia beranjak pergi dengan tenang dan langkah yang teratur, lebih tenang dibanding sholat itu sendiri…”

Dari fenomena di atas telah jelas tentang pentingnya kesadaran beragama yang dimaksud, dan tidak lain Al-Qur’an adalah solusi bagi kehidupan kita. Bahwa gerbang pertama dari pintu-pintu kebaikan dan keutamaan adalah Al-Qur’anul kariim itu sendiri. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat kepada kita dan mengetuk kesadaran kita untuk beragama sesuai dengan tuntunan yang benar dengan terus berinteraksi dengan Al-Qur’an. Wallahu a’lam bish shawab.

Retno Junita Dewi
Alumni SMAN 5 Bekasi 2007
FMIPA UNS 2007

FORMASI (Forum Alumni Muslim SMAN 5 Bekasi)
Semangat Bersahabat!
#Edisi9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar