Minggu, 20 Juli 2014

Berkah Tanpa Riba

23 Ramadhan 1435 H

Sebelum memulai pembahasan artikel ini, saya sengaja mengutip sedikit pengantar penulis dari buku Satanic Finance, A. Riawan Amin. Dalam bukunya tertulis seperti berikut:
“The most important thing in this life, is not this life”
Suatu hal yang paling penting dalam kehidupan ini, adalah bukan kehidupan itu sendiri. “Kalau yang terpenting dalam hidup anda adalah meneruskan hidup, maka apapun pekerjaan dan kegiatan yang anda lakukan, semata-mata untuk menghiasi dan mencukupi hidup. Lebih lugas lagi, mengumpulkan materi untuk menyambung hidup.” Maka amat disayangkan untuk mengisi hidup yang hanya sekali ini dengan mencari materi demi materi untuk bertahan hidup. Bukan berarti berusaha all-out untuk mendapatkan rezeki materi ini tidak dianjurkan, melainkan akan sangat sia-sia jika keseluruhan fokus kita dalam menjalani hidup hanya dengan uang, barang, dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari lainnya. Lalu kemudian hal apa yang terpenting dalam hidup ini? jawabannya adalah mencari bekal untuk kehidupan di akhirat nanti yang jauh lebih kekal daripada dunia beserta isinya.

Meskipun tidak dapat dinafikkan, dalam kacamata ekonomi kita, dunia ini tengah mengalami krisis ekonomi yang berangsur-angsur. Tercatat dalam sejarah krisis ekonomi dunia sejak tahun 1797 hingga 2008 terdapat 16 kasus yang mengakibatkan penduduk bumi termasuk didalamnya negeri kita sendiri harus merasakan kepanikan, depresi, krisis minyak, dan dampak non materil lainnya. Kemiskinan semakin menumpuk, dan angka kriminalitas meningkat. Krisis yang datang seperti ombak yang tak surut memaksa menusia didalamnya untuk meraih uang sebanyak-banyaknya. Sampai krisis yang lain datang, mereka sudah memiliki ‘cadangan nyawa’ nya di brankas-brankas dalam rumah, maupun bank. Lantas bagaimana ketika cadangannya menipis? Mereka akan mencari jalan lain untuk mendapatkan kembali uang mereka bahkan lebih. Sungguh betapa sederhananya manusia menjalani hidup, kecuali mereka yang berakal yaitu orang-orang beriman.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah mengabarkan bahwa sifat tamak yaitu cinta dunia tidak pernah mengenal kata puas.
رَوَي اْلبُخَارِيُّ عَنِ ابْنِ الزُّبَيْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِمَكَّةَ فِي خُطْبَتِهِ يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu al-Zubair tatkala di atas mimbar di Mekah dalam kubtahnya, beliau berkata; Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Al-Bukhari No.6438)

Tamak, salah satu sifat manusia yang merupakan sumber utama penyebab krisis ekonomi yang telah dialami umat terdahulu sampai sekarang. Sifat ini mendorong manusia untuk melakukan berbagai cara asalkan target-target duniawi mereka tercapai. Inilah konsep kapitalis yang dahulu dikenalkan oleh bangsa barat yang kemudian berakar hingga seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sistem ini mampu membuat orang miskin yang patah semangat menjadi begitu bergairah dalam mencari peluang maksiat untuk mendapatkan harta, begitupun dapat merubah seorang alim ulama menjadi lupa dunia dan memeluk erat harta dunia. Allah menjelaskan dalam Q.S. Al-A'raf sebagai berikut:

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (Q.S. Al-A'raf: 175)

Dan Allah mengibaratkan seorang yang lupa daratan seperti binatang berkaki empat. Bahkan, para ulama, ilmuan atau cendikiawan yang terpedaya oleh jebakan setan diumpamakan sebagai anjing yang senantiasa menjulurkan lidahnya, seakan sifat rakusnya tak pernah habis. Nabi Muhammad Saw bersabda, "Meskipun seseorang memiliki ilmu dan pengetahuan yang banyak, namun bila ilmu tidak memberikan petunjuk kepada dirinya, maka ilmu itu akan membuat ia semakin jauh dari Allah Swt."

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (Q.S. Al-A'raf: 176)

Jika kita membahas BAB mengenai kerakusan, tamak, dan sifat sejenisnya. Maka hal-hal tersebut dapat tercermin dari perilaku para pelakon riba. Riba atau dalam bahasa inggris dikenal dengan kata usury memiliki makna; ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli, maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip mua’amalat dalam Islam. Allah sudah memberi peringat akan riba dalam 4 proses pada ribuan tahun lalu. Salah satunya yang tertulis dalam qalam-Nya yaitu:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S Al-Baqarah Ayat 275)

Ibaratkan jika satu orang sudah melakukan riba karna ingin mendapatkan pendapatan yang berlipat, maka orang lain juga akan mengejarnya untuk tidak kalah dalam meraih bonus haram tersebut. Contohnya ketika perusahaan berlomba-lomba mendapatkan keuntungan kasimum dengan membeli saham/menjual saham di bursa efek. Lalu ketika barisan terdepan sudah saling mengejar, maka orang-orang di barisan belakang yang lemah dalam hal bersaing karna tidak memiliki banyak harta akan semakin tertinggal dan terlupakan. Dan bagaimana solusi penyelesaiannya?

Allah menjawabnya di dua ayat setelahnya yaitu Q.S. Al-Baqarah ayat 276 dan 277:
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Bersedekahlah! Maka keberkahan akan mengalir mengiringi derasnya fitnah dunia dan tertanamlah rasa tenang dan damai selama kita hidup. Bukankah seperti ini yang kita inginkan? Orang kaya yang terus bersedekah kepada orang yang memerlukan, menaikkan derajat hidup orang dibawahnya. Kita semua bersama-sama membantu memenuhi kehidupan orang lain dengan cara yang menghasilkan keberkahan. Tidak ada lagi yang terjepit hutang karna perilaku tamak pemberi pinjaman modal usaha yang mengandung riba, dan disatu sisi meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara yang secara tidak langsung mengangkat derajat Ibu Pertiwi. Bukankah kita ingin masa-masa kekhalifahan Ustman Bin Affan terulang kembali pada era sekarang? Semoga Sang Khalik memberikan nilai kemuliaan bagi mereka yang terus membahagiakan hidup sesama. Wallahua'lam bishshawab.

Athifah, F-12120009
Alumni SMAN 5 Bekasi 2012
Akuntansi Syariah STEI SEBI 2012

FORMASI (Forum Alumni Muslim SMAN 5 Bekasi)
Semangat Bersahabat!
#Edisi3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar